Webinar 1 – Telemedicine dan Artificial Intelligence dalam Program Eliminasi Malaria di Indonesia
Webinar Sesi 1 dengan judul “Telemedicine dan Artifical Intelligence dalam Program Eliminasi Malaria” dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2020 lalu. Dalam Webinar ini, tim peneliti mengundang empat narasumber, yaitu dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. (Direktur P2P Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes RI), dr. Herdiana M.Epid. (perwakilan WHO Indonesia), Bimandra Adiputra Djaafara,M.Sc.,MRES (PhD Candidate, Epidemiology, Evolution and Control of Infectious Diseases Imperial College London), dan Hanung Adi Nugroho, PhD ( Pengajar Departemen Teknik Elektro dan Teknik Industri UGM).
Urgensi penggunaan inovasi teknologi digital dalam program eliminasi malaria semakin meningkat pada masa pandemi Covid-19 saat ini. World Health Organization (WHO) secara khusus menjelaskan bahwa dalam masa pandemi Covid-19, upaya pencegahan dan eliminasi malaria oleh negara anggota harus tetap dijalankan. Walaupun demikian, upaya pencegahan malaria ini tetap harus memperhatikan beberapa hal, seperti minimalisasi komunikasi dan interaksi individu yang terlibat. Pandangan WHO tersebut dapat diartikan sebagai penekanan terhadap penggunaan teknologi digital. Hal ini bersinergi dengan serangkaian Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh Kemenkes selama masa darurat Covid-19, salah satunya Surat EdaranĀ Nomor HK.02.101/MENKES/303/2020. Surat Edaran tersebut menghimbau fasilitas pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan melalui telemedicine.
Dalam paparannya, Nadia menjelaskan
bahwa hingga tahun 2019, terdapat tiga provinsi yang seluruh kabupaten dan kota nya telah mencapai eliminasi (Jakarta, Bali, dan Jaw Timur). Sementara itu, belum ada kabupaten/kota yang telah mencapai eliminasi di lima provinsi di Indonesia yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan NTT.
Berkaitan dengan pandemi COVID-19 di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah memetakan beberapa tantangan dan penyesuaian program eliminasi malaria seperti pemeriksaan malaria diutamakan menggunakan RDT, pembagian kelambu dengan memperhatikan protokol COVID-19, pembinaan melalui virtual, dan kegiatan penyelidikan epidemiologi secara daring atau sesuai dengan protokol COVID-19. Di sisi lain, pemanfaatan teknologi menjadi relevan di kala pandemi ini. Pemanfaatan telemedicine yang sudah dan sedang dikembangkan oleh kemenkes adalah telemedicine diagnostik malaria, e-learning dan e-coaching diagnostik malaria dan tatalaksana pengobatan, telekonsultasi untuk konsultais medis.
Pentingnya pemanfaatan teknologi dalam program eliminasi malaria di dunia juga disampaikan oleh Herdiana. Utamanya di masa pandemi ini, WHO tetap menekankan pentingnya keberlangungan program malaria.
Sudah ada beberapa terobosan teknologi untuk e-diagnosa malaria, namun belum diterima oleh WHO. Terdapat beberapa pertimbangan etis, seperti hubungan antar stakeholders, persetujuan, keamanan data, aksesibilitas teknologi, dan perkembangan standar perawatan yang berkembang.
“Penggunaan Artificial Intelligence dalam program eliminasi malaria di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mendeteksi kandidat parasit dan identifikasi spesies atau tahap parasit plasmodium,”
ujar Hanung dalam presentasinya.
Pandemic Covid-19 menyebabkan peningkatan jumlah kasus malaria sebanyak dua kali lipat ujar Andra dalam presentasinya.
Besar presentase tersebut berhubungan dengan endemisitas atau intensitas transmisi lokal dan cakupan kampanye kelambu sebelumnya. Dapat dilakukan pemodelan skenario sederhana. Pemodelan ini tentu memerlukan analisis dan simulasi, dengan data dan asumsi yang lebih detail. Terutama terkait hubungan antara wabah lokal COVID-19 dan malaria di daerah endemis tinggi
Untuk materi Webinar, dapat diakses di:
https://drive.google.com/drive/u/0/folders/1JdX-RzJj_FzpIausLG61Gnb6wKUt6j0w